Sentuhan di Pagi Hari

4:52 PM

Hari ini gue merasakan suatu kepedihan yang tak pernah gue rasakan sebelumnya. Entah karena gue yang terlalu melankolis atau memang hal yang gue rasakan juga dirasakan orang lain. Pagi ini sewaktu gue turun di shelter busway, gue melihat seorang bapak yang berbeda dengan orang-orang yang biasa berlalulalang. Ia membawa sebuah tongkat untuk membantunya berjalan. Awalnya gue ga pernah mengira kalo bapak itu memiliki keterbatasan dalam penglihatan (atau kasarnya buta). Yang membuat gue sedih itu bukan karena melihat bapak itu buta, melainkan karena ia berusaha untuk dapat melakukan sesuatu dengan sendiri tanpa merepotkan orang lain (jujur ya, gue yang normal aja kalo kemana-kemana mau nya dianter. But look at him! Hebat sumpah!). Selain itu, tadi tuh dia hampir nabrak pembatas trails, tapi ga ada satupun orang disitu yang mau ngebatuin. Ya ampun, segitu sibuknya apa kehidupan di Jakarta?! Sampai-sampai buat nunjukin jalan orang lain aja ga sempat, seolah-olah akan ngebuang waktu mereka yang berharga! Dan mereka hanya menonton si bapak buta tersebut! Heiiii! Lo cuma harus ngasih tau “ke kanan pak arahnya.” Itu ga akan makan waktu sampai berjam-jam kali! Lagian arah keluar nya kan sama. Sekalian keluar sekalian ngebantu kan bisa. Gue heran kemana ya rasa empati mereka terhadap sesama?
Disaat gue ngebantu bapak itu, datang lah petugas busway yang membantu bapak itu keluar. Dan petugas busway tersebut mempersilahkan gue untuk melanjutkan perjalanan gue. Gue bersyukur ditengah-tengah kehidupan Jakarta yang keras dan SUPER SIBUK ini. Masih ada orang yang mau membantu satu sama lain.

Gue berdoa agar orang-orang di Jakarta itu terbuka mata hati nya untuk selalu menolong sesama. Dan yang telah menolong orang lain di berikan kebaikan oleh Allah (walaupun kita ga pernah meminta balasan atas apa yang telah diperbuat). Tapi gue yakin kalo setiap apa yang kita tanam, itulah yang akan kita petik. 




You Might Also Like

0 comments

Subscribe